Suatu hari seorang lelaki berpakaian sufi sedang berjalan-jalan. Di tengah jalan dilihatnya seekor anjing yang tanpa sebab dan tanpa alasan dipukulnya keras keras dengan tongkat.
Anjing itu meraung kesakitan dan lari kepada guru agung Abu Said. Anjing itu rebah di dekat kaki Abu Said, sambil terus menjilati lukanya. Ia menuntut keadilan atas kekejaman lelaki berpakaian sufi itu.
Orang bijak itu mempertemukan keduanya. Kepada sufi itu Abu Said berkata, “Hai, orang yang tak berbelas kasih! Teganya engkau menyakiti makhluk malang ini. Lihatlah hasil perbuatanmu!”
Jawab sufi itu, “Sekali-kali ini bukan salahku. Aku memukulnya bukan hanya karena ia menyalak, tetapi juga karena ia telah mengotori jubahku.”
Tetapi, anjing itu bersikukuh dengan pengaduannya.
Kemudian, guru tiada banding itu berkata kepada anjing, “Daripada menunggu datangnya Pembalasan Terakhir, biarlah kini aku membalas rasa sakit yang kau alami.”
Kata anjing itu, “Alangkah luhur dan bijaknya engkau, guru. Ketika kulihat orang ini berpakaian seperti seorang sufi, aku mengira ia takkan menyakitiku. Seandainya kulihat seorang berpakaian biasa, seperti biasa aku akan segera menyingkir dan jalan agar ia bisa lewat. Aku telah salah sangka bahwa penampilan lahiriah menandakan batin yang suci. Jika guru hendak menghukumnya maka ambillah daripadanya jubah Orang Terpilih itu. Tanggalkan darinya pakaian Orang-orang Saleh!”
[republika.co.id]
Anjing itu meraung kesakitan dan lari kepada guru agung Abu Said. Anjing itu rebah di dekat kaki Abu Said, sambil terus menjilati lukanya. Ia menuntut keadilan atas kekejaman lelaki berpakaian sufi itu.
Orang bijak itu mempertemukan keduanya. Kepada sufi itu Abu Said berkata, “Hai, orang yang tak berbelas kasih! Teganya engkau menyakiti makhluk malang ini. Lihatlah hasil perbuatanmu!”
Jawab sufi itu, “Sekali-kali ini bukan salahku. Aku memukulnya bukan hanya karena ia menyalak, tetapi juga karena ia telah mengotori jubahku.”
Tetapi, anjing itu bersikukuh dengan pengaduannya.
Kemudian, guru tiada banding itu berkata kepada anjing, “Daripada menunggu datangnya Pembalasan Terakhir, biarlah kini aku membalas rasa sakit yang kau alami.”
Kata anjing itu, “Alangkah luhur dan bijaknya engkau, guru. Ketika kulihat orang ini berpakaian seperti seorang sufi, aku mengira ia takkan menyakitiku. Seandainya kulihat seorang berpakaian biasa, seperti biasa aku akan segera menyingkir dan jalan agar ia bisa lewat. Aku telah salah sangka bahwa penampilan lahiriah menandakan batin yang suci. Jika guru hendak menghukumnya maka ambillah daripadanya jubah Orang Terpilih itu. Tanggalkan darinya pakaian Orang-orang Saleh!”
[republika.co.id]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar